Monday, March 11, 2013

Requim

Nak, jika hatimu mulai goyah, ingatlah tujuan awalmu.
Nak, jika hatimu mulai angkuh, ingatlah darimana asalmu.

Beranjak dewasa, dengan segala ego yg menempel, seorang remaja pergi merantau ke suatu kota besar.
Tujuan si remaja, ingin memperbaiki hidup. Di kampungnya tidak ada yg bisa diolah. Sawah kering, ladang gersang dan ternak pun suram.
Remaja itu pergi, meninggalkan keluarganya dan ia tak tahu kapan harus kembali.

Singkat cerita, si remaja tak bisa berbuat banyak di Kota. Tak satupun hasil yang dapat diraih. Si remaja pun berniat pulang saja ke kampungnya.

Dalam hati, si remaja berpikir, hatinya bergejolak.
Enggan rasanya pulang sebagai pecundang.
Diurungkan niat untuk pulang, lalu mulai membangun sisa-sisa semangat yang terserak.
Si remaja tidak tahu bahwa sebenarnya keluarga di kampung sudah amat merindukannya.

Si remaja akhirnya memilih profesi yang paling dihindari orang-orang kota. Tukang pungut sampah. Meskipun hina bagi orang2, ia tetap memilih jalan itu.

Suatu hari, si remaja menemukan sebuah kantong kresek hitam. Kotor, namun masih terbungkus rapih.

Dibukanyalah isinya. Ada banyak gepok uang.
Si remaja membawanya ke gubuk dan mulai menghitung.

Ah, banyak sekali uangnya. Dengan ini aku tidak perlu bekerja selama 10 tahun, kata si remaja dalam hati.

Pikidan si remaja mulai mengawang-awang. Dibayangkannya kehidupan mewah yang sebelumnya belum pernah ia cicip.
Hatinya mulai angkuh. Dengan uang ini tentunya ia bisa berbuat banyak hal.
Mobil, rumah bahkan wanita pun bukan jadi persoalan pikirnya.
Ah, wanita.. teringatnya sang ibunya di rumah. Teringatnya pula kampung yang sudah ditinggalkannya.
Dan teringat pula 2 buah pesan sang ibunda kepadanya.
Ah, pesan pertama sudah pernah kuamalkan. Pesan kedua?

Dalam kesunyian malam itu, si remaja berjalan menyusuri dinginnya malam. Kantor polisi menjadi tujuannya, diserahkannya kresek beserta gepokan uang-uang itu.

Dua hari kemudian si remaja muncul di halaman pertama koran. Ia menjadi pahlawan karena telah menemukan barang bukti pencucian uang suatu yayasan.
Nomor seri dari gepokan uang tersebut cocok dengan nomor seri yanv sudah dilacek kepolisian.

Kini si remaja menjadi pahlawan dalam sehari. Tak terbayangkan olehnya sebelumnya bahwa akan seperti ini. Dirinya mendadak tenar dan tawaraan wawancara dari stasiun televisi datang silih berganti. Pundi-pundi uangnya pun bertambah karenanya.

Kini ia sadar, dia telah menuai apa yang telah ia amalkan.

Si remaja pun berniat pulang saja ke kampung.

Di tengah jalan dia ditembak orang tak dikenal.
Tembakannya sedikit meleset sehingga si remaja tidak tewas, namun kondisinya kritis.

Si remaja pun dibawa ke rumah sakit, tapi ia telah kehilangan banyak darah. Sepertinya nyawanya tak akan tertolong. Dalam situasi itu si remaja teringat ibunya. Nyawanya hampir habis. Sepertinya waktunya sudah dekat. Ketika hampir habis dayanya, tiba-tiba terdengar teriakan histeris.

Oh, itu sang bunda. Ia telah datang.

Tersedu-sedu si ibunda menangis. Tak disangkanya akhir seperti itu. Pertemuan dua insan itu begitu mengharukan. Dalam kesedihannya, sang bunda membisikan sesuatu.

Nak, bunda bangga punya anak sepertimu.

Sang remaja pun terdiam. Airmatanya menetes.

Aku sayang bunda, itulah kata terakhir si remaja.

Si remaja meninggal dengan tenang.

No comments:

Post a Comment